Memandang Alam sebagai Ayat Tuhan di Lukisan Hendra Buana

By Tips Trik Komputer on 2011-04-23

JakartaHari Bumi Sedunia akan kembali diperingati pada 22 April 2011 mendatang. Pelukis asal Bukittinggi Hendra Buana membuka peringatan itu lewat lukisan alamnya yang penuh dengan tanda-tanda kebesaran Tuhan.

"Apakah dengan menanam pohon kita bisa menyelamatkan alam? Apakah bisa dikatakan 'ini saatnya' kita menanam pohon? Hidup go green? Telatkah?" begitu serentetan pertanyaan yang disodorkan Hendra Buana kepada detikhot yang menemuinya, Rabu (20/4/2011).

Hendra tengah menggelar pameran lukisannya di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (20/4/2011). Pameran tunggal tersebut diberi tagline 'Alam Takambang Jadikan Guru dalam Bas Ekspresi Lukisan Hendra Buana'.

Pertanyaan-pertanyaan tadi diajukan Hendra saat melongok ke sebuah lukisan yang menggambarkan tenggelamnya Jakarta. Sebelum tenggelam, masyarakat lebih dulu membuat perahu raksasa yang terbuat dari bambu. Namun perahu itu ringsek tak tahan melawan derasnya banjir.

"Karena kayu sudah habis, yang tersisa bambu-bambu aja di Jakarta. Alam sudah benar-benar rusak, apakah kita benar berperilaku go green, menanam pohon, dan sebagainya? Sudah terlambat! Pohon yang ditanam sekarang akan tumbuh lama," ujarnya.

Dalam lukisannya tersebut, Hendra banyak bicara tentang realitas alam Indonesia. Sentuhan kuasnya mampu membuat sebuah lukisan menjadi dramatis. Lihat saja di lukisan yang menggambarkan letusan Gunung Merapi. Hendra mampu membuat lukisan tersebut mengisap orang yang melihatnya. Seakan-akan dilihat dari jendela, lukisan itu membuat orang takut dengan tragedi. Apalagi komposisi warna kelam menambah ketakutan tersebut.

Ciri khas lain lukisan Hendra adalah ornamen kaligrafi. Ia  menyebut karyanya sebagai alam yang dipandang dari sisi religius. Selain berornamenkan kaligrafi, Hendra banyak memberikan bumbu tiang batu Yunani kuno. Alhasil si pemerhati lukisannya akan terbawa melihat dari dekat tentang kehancuran ataupun keindahan alam tersebut.

Lihat misalnya lukisan berjudul 'Senja di Bromo'. Lukisan itu diambil dari sudut pandang petilasan Bromo. Sehingga Bromo serta hamparan pasirnya terlihat. Begitu juga puncak Mahameru yang menjulang. Uniknya selain dari sudut pandang di petilasan, Hendra berimaji di petilasan tersebut ada sebuah istana megah yang hampir runtung. Di dinding istana tersebut tertuliskan ayat-ayat Tuhan.

"Tiang itu penting dalam sebuah bangunan, saya suka dengan teksturnya dan bentuk. Dinding lengkungan itu simbol kemegahan dan kemegahan dalam Italia," ungkapnya.

Kurator Mikke Susanto mensejajarkan lukisan Hendra sekelas dengan karya Claude Lorrain dan Bisolas Poussin. Mereka sama-sama menyajikan alam, namun Lorrain dan Bisolas lebih menggambarkan drama tragedi manusia. Lewat lukisan-lukisannya, Hendra mengingatkan umat manusia tentang adanya hubungan kuat antara alam, manusia, dan Tuhan.

(ebi/mmu)




Baca Selengkapnya Di Sini

Share your views...

0 Respones to "Memandang Alam sebagai Ayat Tuhan di Lukisan Hendra Buana"

Post a Comment