Empat Puluh Persen Pernah Bertelepon Seks

By Tips Trik Komputer on 2011-04-27

SUTE/FORSEL
Ponsel telah menjadi media untuk berkomunikasi secara lebih intens dengan pacar.

JAKARTA, KOMPAS.COM - Layanan "dating" di beberapa negara seperti di Eropa dan Amerika termasuk salah satu yang terlaku. Di negeri Paman Sam bahkan telah menaikkan ARPU (Avarage Revenue per Unit) pelanggan sampai 80 persen. Operator Vodafone pun berani meramalkan pendapatan dari layanan ini menembus pendapatan sampai 1,4 milyar dollar di tahun 2013. 

Lantas bagaimana dengan perilaku "mobile dating" orang Indonesia? Benarkah ponsel kini menjadi fasilitas untuk berpacaran, atau bahkan selebihnya?

Berangkat dari pertanyaan ini lah, majalah FORSEL melakukan survei perilaku berpacaran menggunakan teknologi seluler ini. Sebanyak 100 orang menjadi responden. Mereka berada di usia 19 hingga 25 tahun, yang terdiri dari 50 pria dan 50 wanita. Mereka adalah dari kalangan mahasiswa dan pekerja yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya.

Ponsel rupanya diakui menjadi sarana ampuh untuk melakukan pendekatan. Yang mengaku melakukan pendekatan lewat ponsel sebanyak 85,4 persen. Sementara sebanyak 52 persen mengaku telah sukses menembus masa pendekatan berkat komunikasi intens melalui ponsel. Sukses pendekatan pun berlanjut kepada proses menjalin hubungan. Ponsel tidak hanya penting bagi mereka yang melakukan pacaran jarak jauh alias long distance relationship (20 persen), tapi juga yang berpacaran umumnya yaitu 65 persen.

Yang menarik dari riset ini fitur voice sudah bukan sarana untuk berkomunikasi mutlak. Walaupun operator sudah membanting tarif percakapan pun kurang diminati. Lihat saja hanya 15 persen saja yang menggunakan. Sementara Instant Messenger dan BlackBerry Messenger telah menggantikan fitur tersebut. persentasenya mencapai 21 persen, sedangkan SMS masih dominan yaitu 27 persen. Ada pula yang telah memanfaatkan Skype yang berbasis VoIP, walaupun jumlahnya minoritas sebesar 9 persen.

Di Indonesia, terutama di Jakarta, pengeluaran untuk membeli pulsa terbilang cukup tinggi. Menilik dari data yang diperoleh, sebagian besar menghabiskan biaya antara Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu. Mereka yang punya ARPU di kisaran ini mencapai 43 persen. Artinya, kebutuhan berpacaran ria memang harus difasilitasi. Jika dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan untuk temu muka memang menjadi lebih kecil.

Lalu berapa lama waktu yang dihabiskan untuk mengontak si dia?

Tampaknya bagi pengguna waktu antara 1,5 jam hingga 3 jam sudah cukup. "Yang penting sudah cukup untuk mengetahui kabar, juga sekadar nunjukin rasa kangen," ujar salah seorang responden. Mereka yang mengaku cukup puas dengan durasi "pertemuan" via seluler selama itu sebanyak 28 persen. Meski pun toh jumlahnya terpaut sedikit dengan yang membutuhkan berjam-jam (lebih dari 5 jam sehari) mencapai 21 persen.

Waktu pacaran dunia nirkabel ini pun mayoritas dilakukan malam hari, tepatnya antara pukul 19.00 hingga tepat tengah malam. Mereka yang menghabiskan waktu di kurun tersebut sebanyak 70 persen. Data ini bisa diasumsikan bahwa pengguna sudah tidak melakukan banyak aktivitas, sehingga kesempatan memanfaatkan waktu luang ini pun dipakai untuk berhalo-halo ria dengan pasangan.

Fakta lain yang cukup mengejutkan adalah bahwa pengguna ponsel memanfaatkan "mobile dating" sekaligus melakukan "sex by phone". Sebanyak 40 persen pernah melakukan telepon seks dengan pacarnya. Dari jumlah ini jumlah pria lebih banyak yaitu 58,4 persen, sementara wanita yang mengaku pernah melakukan sebanyak 41,4 persen.

Jika voice call tak tinggi untuk pemakaian pacaran seluler, justru sebaliknya dengan seks seluler. Fitur percakapan adalah paling dipakai, yaitu sebanyak 32 persen. Bahkan video call (percakapan video) pun meningkat pemakaiannya, yaitu 22 persen. 

Lalu, apakah normal perilaku semacam ini, lantaran fasilitas tersedia secara personal?

Lita Gading, psikolog cantik itu mengatakan bahwa perilaku seperti ini merupakan salah satu kelainan seksual. Bahkan tidak mustahil akan membuat pelakunya menjadi ketergantungan. "Mereka ini umumnya yang memiliki kepribadian introvert. Di saat mereka malu untuk berhadapan secara langsung, dia pun memanfaatkan media seperti ponsel, chat untuk melampiaskan keinginannya," ujarnya.

Jika tidak segera berhenti, pelakunya, masih kata Lita, akan menimbulkan efek negatif luar biasa. "Di luar kelaziman," tegasnya.

Memang, ponsel telah menjadi perangkat pribadi. Berbeda dengan telepon rumah yang dulu dipakai secara bersama dalam satu keluarga. Munculnya berbagai fitur dan aplikasi ikut menjadi media baru untuk lebih menyamankan kita sebagai pengguna. Termasuk pula tarif yang semakin terjangkau.

Sepanjang bahwa pemakaian ponsel untuk keperluan yang wajar dan normal, meski dalam konteks berpacaran, mustinya akan membatasi untuk tidak berperilaku "miring". Seperti yang diungkapkan Lita Gading, kelainan perilaku. Ponsel adalah perangkat personal yang tentulah dipakai untuk kepentingan yang proposional. (ANDRA/FORSEL)

 

 


View the original article here

Share your views...

0 Respones to "Empat Puluh Persen Pernah Bertelepon Seks"

Post a Comment